Pengamat Prediksi Produk Unit Linked Masih Tertekan hingga Akhir 2024, Intip Penyebabnya

Bisnis.com, JAKARTA – Pakar asuransi menilai produk asuransi terkait investasi (PAYDI) atau perusahaan yang terkait dengan industri asuransi jiwa pada kuartal IV 2024 masih mendapat tekanan. Hingga kuartal III 2024, lini bisnis PAYDI masih melanjutkan kontrak. 

Analis Senior Irvan Rahardjo mengatakan, tekanan terhadap lini bisnis PAYDI tidak lepas dari aturan yang dibuat dalam Surat Edaran Departemen Perencanaan Keuangan (SEOJK) Nomor 5 Tahun 2022 terkait Produk Asuransi Link Investasi (PAYDI).

“Lini bisnis PAYDI tetap optimis di sisa tahun ini karena belum ada indikasi perseroan mampu mengembalikan kinerja asuransi bersama setelah asuransi dikonsolidasi dan diatur dalam SE OJK UU baru 05 Penting sekali karena sekarang mengatur berbagai kegiatan komersial yang dilakukan agen,” kata Irvan kepada Bisnis, Selasa (5/11/2024).

Faktor peraturan utama dalam SEOJK mengharuskan perusahaan yang menjual PAYDI memiliki aktuaris, staf pengelola keuangan, sistem informasi yang memadai untuk mendukung kegiatan pengelolaan PAYDI dan sumber daya yang dapat mendukung dalam pengelolaan. 

Perusahaan yang baru pertama kali menjual PAYDI harus memiliki persyaratan modal sendiri, yaitu Rp 250 miliar untuk perusahaan asuransi konvensional dan Rp 150 miliar untuk perusahaan asuransi syariah.

Selain perubahan regulasi industri, Irvan menilai tekanan pada lini bisnis PAYDI disebabkan pasar modal menghadapi stagnasi akibat menurunnya daya beli Kanada.

“Hal ini ditandai dengan deflasi selama 4 bulan dan rendahnya skor PMI di bawah 50 sebagai tanda deindustrialisasi,” kata Irvan.

Irvan menjelaskan, banyak peluang yang bisa menjadi ide bagus bagi kerja link korporasi untuk mengubah cara tersebut. Pertama adalah pengumuman angka deflasi yang akan dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) besok (6/11/2024). Kedua, pada Jumat (7/11/2024) Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan cadangan devisa Indonesia periode Oktober 2024.

Namun saat ini, Irvan menegaskan belum ada ide bagus yang bisa mempengaruhi kinerja lini bisnis asuransi jiwa PAYDI. “Saat ini belum ada titik balik. Sinyalnya lemah dan IHSG stagnan dan belum ada tanda-tanda akan berbalik arah,” tutupnya. 

Namun hingga September 2024, lini bisnis PAYDI mengalami penurunan sebesar Rp6,75 triliun atau turun 15,36% year-on-year (yoy) menjadi Rp37,21 triliun.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *