Bisnis.com, Jakarta – Akademisi Universitas Gadja Mada (UGM) Agong Satrio Nogroho mengungkapkan, tambang nikel di bagian hilir Pulau Obi, Maluku Utara, telah meningkatkan perekonomian desa-desa sekitarnya hingga tiga kali lipat. Hal ini terlihat di Desa Kawasi dalam konteks boom town, yaitu kota atau komunitas yang mengalami pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk secara cepat dan tiba-tiba. Istilah tersebut sering digunakan untuk menggambarkan kota yang berkembang pesat dalam waktu singkat, baik dari segi jumlah penduduk maupun modal, dan Agung mengatakan jumlah Desa Kawhi yang dibangun tumbuh lebih cepat dibandingkan tahun 2016 atau sebelum nikel turun. telah melakukan Tanah Menurut dia, hal tersebut disebabkan oleh migrasi karena adanya kegiatan sebagai berikut. Penggandaan waktu yang luar biasa. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya fasilitas perekonomian khususnya pertokoan dan restoran. Berdasarkan survei tahun 2014, hanya ada 17 toko di desa tersebut. Selain itu, jumlah restoran juga meningkat secara signifikan. Sebagai catatan, pada tahun 2014 tidak ada atau tidak ada restoran, dan pada tahun 2024 akan ada 38 restoran. masyarakat Sedangkan fasilitas informal antara lain bidan, dokter, guru sekolah dasar, balai desa, kantor pos, bahkan klinik dokter. Nikel dari Pulau Bee sebenarnya sedang berjalan. Sedangkan tambang nikel yang beroperasi di sana telah dimiliki oleh Harita Group sejak 2010. Operasi penambangan dilakukan oleh anak perusahaan PT TBP (NCKL), sedangkan pengolahan saprolit nikel kadar tinggi menggunakan fasilitas RKEF dilakukan oleh PT Megah Surya Prithivi. Membangun rantai pasokan baterai otomotif global. Untuk mengolah nikel atau limonit kadar rendah ini, Harita memasoknya ke anak perusahaannya PT Halmahera Persada Lygend (HPL). Ekosistem tersebut meliputi pabrik feronikel yang dioperasikan oleh PT Halmahera Jaya Feronikel (HJF) dan PT Obi Nickel Cobalt yang akan memproduksi nikel dan kobalt sebagai bahan baku kendaraan listrik, rantai pasok industri nikel yang dikelola oleh Peta Ekonomi Pulau Obi. Misalnya, Kabupaten Halmahera Selatan dan Provinsi Maluku Utara saat ini aktif beroperasi untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja dan kegiatan penambangan Harita. Sebanyak 65 pemasok lokal memiliki dana sekitar Rp 11 miliar per bulan.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel