5 Gejala yang Harus Diwaspadai Perempuan Usia di Atas 40 Tahun

Bisnis.com, Jakarta – Tubuh wanita mengalami beberapa perubahan besar sepanjang hidupnya, mulai dari awal menstruasi hingga berakhir, yang disebut menopause.

Tahun-tahun menjelang menopause, disebut juga perimenopause, adalah tahun-tahun di mana banyak wanita mengalami perubahan tubuh yang berdampak positif pada gaya hidup mereka.

Perimenopause, yang menyertai menopause, menandai berakhirnya tahun reproduksi wanita. Pada masa ini, indung telur wanita berhenti memproduksi sel telur dan kadar hormon seks wanita seperti estrogen dan progesteron menurun.

Meski perubahan tersebut merupakan proses penuaan yang normal, hilangnya hormon seks wanita dapat berdampak sistemik pada kesehatan wanita, terutama kesehatan jantung.

Menurut laporan Timefincia, estrogen memiliki efek perlindungan pada jantung, dan hilangnya estrogen dapat berdampak pada banyak faktor risiko kesehatan jantung tertentu, termasuk kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, dan penambahan berat badan.

Mulai dari penyakit jantung hingga obesitas dan kesehatan tulang, tubuh wanita mulai menunjukkan tanda-tanda menopause dan penting untuk diwaspadai.

Penyakit jantung adalah salah satu penyebab utama kematian pada wanita, dan risikonya meningkat seiring bertambahnya usia. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan tanda-tanda peringatan yang menunjukkan risiko serangan jantung dan stroke Anda saat ini atau di masa depan. Keduanya juga mengharuskan Anda memercayai insting Anda untuk meminimalkan risiko.

Selain itu, mengetahui riwayat kesehatan keluarga juga penting karena penelitian menunjukkan bahwa wanita berisiko lebih tinggi terkena penyakit jantung jika anggota keluarga dekatnya, seperti ibu atau saudara perempuannya, pernah menderita penyakit jantung sebelum usia 65 tahun. Berikut 5 gejala umum yang harus diwaspadai setelah menginjak usia 40 tahun. 1. Kelelahan kronis

Kelelahan kronis lebih sering terjadi dibandingkan gejala lainnya pada wanita berusia di atas 40 tahun. Meskipun perimenopause dan menopause serta perubahan hormonal yang terjadi selama periode tersebut secara langsung berkontribusi pada kondisi kelelahan yang terus-menerus, gejala lain juga dapat memicunya.

Anemia, suatu kondisi di mana tubuh tidak memiliki cukup sel darah merah yang sehat atau sel darah merah tidak berfungsi dengan baik, merupakan penyebab umum rasa lelah, terutama pada wanita usia subur.

Selain itu, lebih dari 3,7 juta orang Amerika menderita fibromyalgia, penyakit yang menyebabkan rasa sakit, insomnia, dan kelelahan yang meluas, dan sebagian besar adalah wanita berusia 40-75 tahun. Kekurangan vitamin penting ini dapat menyebabkan sindrom kelelahan kronis. 2. Rasa panas muncul

Kebanyakan wanita mengalami perimenopause pada usia 40-an, dan beberapa wanita mengalami rasa panas dan keringat malam pada masa ini. Hot flashes biasanya dimulai sebelum periode menstruasi terakhir seorang wanita dan berlangsung selama 2 tahun atau kurang pada 80% wanita.

Kebanyakan wanita terus mengalami hot flashes 4-10 tahun setelah menopause, namun frekuensinya menjadi lebih jarang dan lebih parah. Hot flashes ditandai dengan peningkatan suhu tubuh secara tiba-tiba, berkeringat, dan kulit memerah. Penyakit ini juga menyebabkan jantung berdebar-debar, pusing, dan berkeringat di malam hari.

Hot flashes disebabkan oleh perubahan kadar hormon, terutama penurunan estrogen. Hipotalamus yang mengatur suhu tubuh menjadi lebih sensitif terhadap perubahan suhu dan memicu hot flashes untuk mendinginkan tubuh. Tidak semua wanita yang mengalami menopause mengalami hot flashes, dan faktor risikonya masih belum jelas. Namun, beberapa faktor, seperti merokok, obesitas, dan ras, meningkatkan risikonya. 3. Depresi

Depresi adalah kondisi umum yang menyerang wanita berusia di atas 40 tahun, terutama selama perimenopause dan menopause. Gejala depresi pada wanita di atas 40 tahun antara lain kesedihan, keputusasaan, rasa malu, dan putus asa.

Selain itu, rasa marah dan mudah tersinggung, kehilangan minat beraktivitas, terlalu banyak atau terlalu sedikit tidur, fluktuasi berat badan, kecemasan, pikiran untuk bunuh diri, kebencian pada diri sendiri, sulit berkonsentrasi, dan menurunnya minat terhadap seks juga merupakan tanda-tanda depresi. 4. Sesak napas

Sesak napas kronis pada wanita di atas 40 tahun bisa disebabkan oleh banyak faktor. Penyakit paru seperti asma, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), emfisema, fibrosis paru, hipertensi pulmonal atau pneumonia dan/atau penyakit jantung seperti gagal jantung kongestif, kardiomiopati, disfungsi diastolik, sistol ventrikel normal atau ketidakteraturan ventrikel dapat menyebabkan penyakit ini. Untuk mengembangkan kondisi ini pada wanita di atas usia 40 tahun.

Kondisi lain juga mungkin menjadi penyebabnya, seperti obesitas, kesehatan yang buruk, kemunduran, penyakit paru-paru interstisial, efusi pleura, kanker atau penyakit neuromuskular, dan amiloidosis jantung (suatu kondisi di mana protein amiloid menumpuk di jantung dan menyebabkan kekakuan). Sesak napas kronis. 5. Migrain

Migrain lebih sering terjadi pada wanita berusia di atas 40 tahun karena fluktuasi hormonal selama perimenopause dan menopause. Penyebab utamanya adalah perubahan hormonal. Kadar estrogen dan progesteron berubah selama perimenopause, yang dapat memicu migrain.

Migrain menstruasi lebih parah, berlangsung lebih lama, dan lebih mungkin kambuh selama periode ini. Gejala menopause lainnya seperti hot flashes, keringat malam, kurang tidur, stres dan kecemasan juga bisa memicu migrain. Migrain biasanya dimulai pada masa remaja, mencapai puncaknya pada usia 40-an, dan tidak lagi menjadi masalah setelahnya. Faktor lain yang dapat memicu migrain antara lain gangguan sensorik seperti ketegangan mental atau fisik, cahaya terang, dehidrasi, dan obat-obatan yang mempengaruhi aliran darah.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *