Bisnis.com, Mangopura – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkap adanya kekurangan pasokan bahan bakar nabati (BBN) solar atau B40 dengan kandungan biodiesel berbahan dasar kelapa sawit sebesar 40%, pada 1 Januari 2025. diberlakukan. .
Direktur Bioenergi Kementerian ESDM Eddy Bubowo mengatakan saat ini terdapat 24 Unit Usaha Bahan Bakar Nabati (BU BBN) yang akan memasok bahan baku B40 pada tahun 2025. Kapasitas produksinya mencapai 15,8 juta kiloliter.
“Kekurangan kita sekitar 0,3 juta kiloliter, tapi mungkin nanti BBN yang ada bisa kita manfaatkan untuk meningkatkan produksi, mungkin masih cukup untuk itu,” kata Edi, Kamis (11/7/2024).
Begitu juga dengan penerapan B50 yang menurut Kementerian Pertanian akan dilaksanakan setahun setelah penerapan B40. Namun, peta jalan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyarankan penggunaan bahan bakar minyak sawit sebanyak 50% sebelum tahun 2028.
Berdasarkan perhitungan Edi, kebutuhan biodiesel B50 mencapai 19,7 juta kiloliter. Namun, kapasitas produksi biofuel saat ini sebesar 15,8 juta kiloliter, atau terdapat kekurangan sebesar 3,9 juta kiloliter.
Makanya kita perlu membangun 7-9 pabrik lagi atau menambah kapasitas pabrik yang sudah ada nantinya, ujarnya.
Pabrik ini diperlukan untuk memproduksi CPO untuk biodiesel. Menurut Edi, kekurangan pasokan ini menjadi peluang investasi yang bisa didorong oleh pelaku usaha dengan kebutuhan investasi hingga USD 360 juta.
“Kalau produktivitas [CPO] tidak bisa naik, mungkin dari segi bahan bakunya kita harus cek lagi, jadi ekspor kita turun. Kalau ekspor turun, berdampak pada BPDPKS [Badan Pengelola Dana Perkebunan Sawit], dananya juga ikut turun. menurun,” jelasnya.
Untuk meningkatkan kapasitas produksi biofuel berbasis CPO, perluasan program rehabilitasi petani kecil (PSR), pemanfaatan lahan bekas atau bekas tambang untuk memproduksi energi hutan khusus untuk bahan baku biodiesel, dan diversifikasi bahan baku non-pangan sangatlah penting.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel