Bisnis.com, JAKARTA — PT Sumber Global Energy Tbk. (SGER) memiliki perjanjian usaha patungan dengan Vinacomin, Perusahaan Saham Gabungan Perdagangan Batubara Utara untuk memasok batubara ke Vietnam.
Volume kontrak saat ini adalah 300.000 ton dan jangka waktu pelaksanaan kontrak terhitung sejak tanggal penandatanganan sampai dengan 31 Januari 2025.
“Dengan kontrak ini akan berdampak positif terhadap peningkatan kinerja perseroan,” kata Direktur SGER Welly Thomas dalam siaran pers di Bursa Efek Indonesia, Jumat (8/11/2024).
Saat ini, kontrak baru ini bernilai $32,6 juta, atau sekitar $499 miliar.
Durasi pelaksanaan kontrak terhitung sejak penandatanganan kontrak sampai dengan 31 Januari 2025, kata Welly.
Sebelumnya, eksportir bersimbol saham SGER ini juga mengumumkan telah meraih kontrak baru pembelian batu bara untuk memasok listrik ke Vietnam. SGER menandatangani perjanjian usaha patungan dengan Vosco Maritime Service Joint Stock Company (VOMASER).
Perjanjian tersebut ditandatangani oleh CEO SGER Welly Thomas dan Direktur VOMASER Vuong Manh Linh pada 9 Agustus 2023. Dengan perjanjian ini, SGER akan mampu meraup pendapatan hingga US$60,63 juta atau sekitar 920,68 miliar (dengan asumsi kurs Rp. 15.185 per dolar).
CEO SGER Welly Thomas mengatakan selesainya kontrak karbon dengan VOMASER merupakan tanda bahwa SGER mampu memperluas jaringan penjualannya ke negara lain. Hal ini juga menjadi pertanda ambisi SGER untuk menjadi perusahaan batubara terkemuka di Indonesia.
“Kedepannya kami akan terus berusaha mencari kontrak dengan pelanggan baru. Selain Vietnam, Sumber Global Energy juga akan mengikuti pengajuan di Sri Lanka, Bangladesh, dan Filipina. Selain itu, kami juga akan mengirimkannya ke China dan Filipina. India,” kata Welly dalam keterangannya, dikutip Kamis (10/8/2023).
Dalam perjanjian ini, SGER setuju untuk menjual 840.000 metrik ton batubara kepada VOMASER, dengan syarat batubara yang akan dijual yaitu nilai batubara tersebut adalah 4.500 kkal/kg, dikurangi 30 persen kadar air 30 persen As. Basis Diterima (ARB ), dan kandungan sulfur total kurang dari 0,85 persen Udara Basis Kering (ADB).
Sebelumnya, PT Sumber Global Energy Tbk. (SGER) membukukan penurunan laba bersih selama kuartal I/2024 meski berhasil mencatatkan peningkatan penjualan batu bara dan nikel sejak Januari 2024 hingga Juni 2024.
Berdasarkan laporan keuangan Rabu (31/7/2024), emiten berkode saham SGER ini membukukan pendapatan Rp 7,50 triliun periode Januari 2024 hingga Juni 2024. Laporan tersebut menunjukkan dengan tingkat pertumbuhan sebesar 24,34%. setiap tahun. (menangis).
Rinciannya, pendapatan penjualan batu bara meningkat 23,65% dari Rp6,00 triliun pada triwulan I 2023 menjadi Rp7,41 triliun pada akhir Juni 2024. Selain itu, penjualan nikel meningkat 209,12% dari Rp28,82 miliar pada akhir Juni 2024. enam bulan pertama tahun 2023 menjadi Rp 89,11 miliar hingga akhir Juni 2024.
Saat itu, pelanggan yang menyumbang uang paling banyak adalah Viet Phat Import Trading Investment JSC dengan kontribusi sebesar 32% terhadap total pendapatan perusahaan.
Berdasarkan peningkatan pendapatan, belanja pokok juga meningkat menjadi Rp6,79 triliun pada periode I/2024. Pengeluaran ini meningkat 30,64% dari Rp5,20 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Meski begitu, laba kotornya turun signifikan menjadi Rp 710,87 miliar atau berkurang dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat Rp 835,19 miliar.
Dengan demikian, SGER membukukan laba bagi pemilik badan usaha induk sebesar Rp 478,71 miliar pada periode I/2024. Capaian tersebut turun 21,73% dari Rp611,65 miliar periode Januari 2023 hingga Juni 2023.
Sebelumnya, PT Sumber Global Energy Tbk. (SGER) menargetkan peningkatan pendapatan sebesar 5% pada tahun 2024 meskipun ada kekhawatiran bahwa harga batu bara akan turun karena lemahnya perekonomian Tiongkok.
Menurut Managing Director Sumber Global Energy Welly Thomas, pendapatan tahun ini akan flat atau meningkat 5 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun ini, tantangan akan muncul seiring perlambatan ekonomi Tiongkok dan kekhawatiran turunnya harga batu bara.
“Tahun ini karena pasar di China sedang lesu. Ya, itu hanya soal harga. Apakah harganya akan tetap atau turun, yang kita semua takutkan adalah kalau harga [batubara] turun,” kata Welly saat ditemuinya. ditemui di Jakarta, Selasa (30/1/2024).
Menurut Welly, meski perekonomian lemah, permintaan batu bara masih ada. Namun jika harga turun, konsumen tidak akan diuntungkan.
________
Penafian: Laporan ini tidak dimaksudkan untuk mendorong pembelian atau penjualan saham. Keputusan investasi terserah pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas segala kerugian atau keuntungan yang diakibatkan oleh keputusan investasi pembacanya.
Lihat berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel