Bisnis.com, JAKARTA – Para ekonom memperkirakan ekspor industri makanan dan minuman (mamin) Indonesia akan terus tumbuh solid pada akhir tahun 2024 dan 2025 meskipun ada tantangan global.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan industri makanan dan minuman akan terus menjadi sektor utama pertumbuhan produk domestik bruto (PDB). Pada kuartal ketiga tahun 2024, industri ini menyumbang 40,2% terhadap PDB industri nonmigas.
Menurut Josua, menguatnya permintaan domestik dan global terhadap produk olahan Indonesia, khususnya sektor makanan dan minuman, memberikan insentif bagi ekspor. Namun terdapat tantangan yang dihadapi industri UMKM makanan dan minuman dalam mendorong ekspor.
Salah satunya adalah tantangan ketidakpastian perekonomian global dan tekanan inflasi yang terus berlanjut yang dapat mempengaruhi permintaan di pasar ekspor utama seperti Amerika Serikat (AS), Eropa, dan beberapa negara Asia.
Ketidakpastian ini berdampak pada daya beli negara tujuan ekspor sehingga dapat membatasi pertumbuhan ekspor Indonesia, kata Josua seperti dikutip Bisnis, Jumat (8/11/2024).
Selain itu, Josua mengungkapkan kenaikan harga bahan baku khususnya bahan pangan akibat faktor cuaca seperti El Nino juga dapat meningkatkan biaya produksi yang pada akhirnya berdampak pada harga produk ekspor.
Ia menjelaskan dengan harga yang lebih tinggi, produk makanan dan minuman Indonesia berpeluang menghadapi persaingan yang lebih ketat di pasar dunia.
Tantangan lain yang dihadapi industri ini adalah logistik, termasuk tingginya biaya pengiriman dan ketidakseimbangan kapasitas transportasi. Tantangan-tantangan ini dapat mempengaruhi efisiensi rantai pasokan.
Faktanya, infrastruktur distribusi yang tidak merata juga dapat menghambat pasar ekspor yang baik, khususnya bagi UMKM di industri makanan dan minuman.
Selain itu, Josua juga mencatat bahwa pasar ekspor seringkali memiliki standar yang ketat terkait kualitas, keamanan, dan sertifikasi produk.
Menurutnya, tantangan pemenuhan standar ketat tersebut, terutama untuk produk yang diekspor ke negara berkembang, dapat membatasi potensi ekspor jika perusahaan tidak siap memenuhi persyaratan tersebut.
Untuk itu, menurutnya, perlu ada kebijakan dari Pemerintah untuk mengatasi sederet permasalahan ekspor produk UMKM, termasuk makanan dan minuman.
“Kami berharap dukungan politik dari pemerintah dan peningkatan efisiensi di sektor manufaktur dapat mengatasi beberapa tantangan tersebut dan mendukung pertumbuhan ekspor industri makanan dan minuman Indonesia di masa depan,” ujarnya.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News dan WA Channel