Semiconductor-chl.com – Serikat pekerja aktor Inggris, Equity, dengan tegas menentang kehadiran Tilly Norwood, karakter perempuan yang di ciptakan oleh kecerdasan buatan (AI), untuk dianggap sebagai aktris dalam industri film. Tilly, yang di perkenalkan oleh penciptanya, Eline Van der Velden dari perusahaan produksi AI Particle6, telah menimbulkan kontroversi setelah agensi bakat mulai meliriknya untuk peran-peran dalam film. Tilly, meskipun tampil menyerupai manusia, tidak di akui oleh Equity sebagai seorang aktris sejati. Serikat ini menganggapnya hanya sebuah produk teknologi yang tidak dapat menggantikan nilai seni akting yang sesungguhnya.
Read More : FPU 7 MINUSCA Diperkenalkan dengan Jati Diri Indonesia Sebelum Jalani Misi Perdamaian di Afrika Tengah
Kekhawatiran Terhadap Penyalahgunaan Hak Artis
Menurut Shannon Sailing, penyelenggara audio dan media baru di Equity, Tilly bukanlah aktris, melainkan alat yang di bangun menggunakan karya seniman hiburan tanpa izin atau kompensasi yang sah. Sekretaris Jenderal Equity, Paul Fleming, menambahkan bahwa penggunaan AI dalam industri film harus menjaga hak-hak artis yang telah berkontribusi dalam karya tersebut. Ia menegaskan bahwa akting bukan sekadar penggambaran fisik, melainkan melibatkan jiwa manusia yang tidak bisa di gantikan oleh teknologi. Equity juga berkomitmen untuk memperjuangkan perlindungan hak seniman dan pekerja kreatif.
Baca juga: Pasar Modal Indonesia Diperkirakan Akan Tumbuh Positif Di Kuartal Iii
Tanggapan Dari Pencipta Tilly Norwood
Di sisi lain, Eline Van der Velden membela ciptaannya. Melalui media sosial, ia menjelaskan bahwa Tilly Norwood tidak di maksudkan sebagai pengganti manusia. Dalam peluncuran “studio bakat AI pertama di dunia” di Festival Film Zurich. Eline mengungkapkan bahwa AI merupakan alat baru dalam dunia kreativitas, bukan pengganti manusia. Ia menganggap teknologi AI setara dengan penggunaan animasi, boneka, atau CGI dalam produksi film yang tidak mengurangi esensi akting live-action. Meski demikian, Equity berpendapat bahwa teknologi tidak bisa meniadakan nilai artistik akting yang sejati.
Perlunya Perlindungan Hak Artis Dalam Penggunaan Teknologi AI
Dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi AI, penting untuk memastikan bahwa hak-hak artis terlindungi dengan baik. Equity mendesak agar pemerintah Inggris memperkuat regulasi yang melindungi hak seniman, termasuk mereka yang tidak memiliki kontrak resmi dengan serikat pekerja. Di sisi lain, perkembangan AI yang membuka kemungkinan baru dalam dunia seni harus dipastikan tidak menghilangkan peran manusia dalam dunia kreatif.